Sabtu, 24 Jumadil Akhir 1435 H / 28
November 2009 19:25 wib
Mengaku Sarjana Islam, Pendeta Terbongkar
Kedoknya
Bintaro (voa-islam.com) - Di kalangan Kristen, Pendeta Samuel
Hermawan dikenal sebagai ahli islamologi mantan Muslim. Namanya mulai naik daun
ketika Samuel menuliskan pengalaman rohaninya mengapa ia beralih meninggalkan
Islam dan kini menjadi pendeta. Dalam testimoni berjudul “Yesus adalah Tuhan dan
Raja,” Samuel menuliskan sbb:
“Saya dulunya dari muslim tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung. Saya ingin memberikan kekuatan untuk para
sahabat sekalian orang-orang Kristen bahwa apa yang kalian sembah itu adalah
benar-benar Tuhan dan Juruselamat. Yesus adalah Tuhan dan Raja sesuai yang
tercantum dalam Al Quran, Hadist dan Injil.”
Dalam sebuah dialog Islam dan Kristen, dusta Pendeta Samuel
terbongkar. Ternyata dia bukan mantan muslim, terbukti karena ia tidak bisa
baca-tulis Al-Qur’an. Pengakuannya sebagai ahli islamologi lulusan pesantren dan
Sarjana Islam lulusan STAIN Bandung, adalah kebohongan besar untuk memuluskan
Kristenisasi.
-
Pendeta Samuel mengaku tamatan sebuah pesantren dan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bandung...
Bermula ketika Indarwati, bukan nama sebenarnya, yang mempengaruhi
kakak kandung, orang tua dan pamannya untuk masuk Kristen.
Empat tahun yang lalu, Indarwati menikah secara Islam dengan seorang
pemuda. Seluruh keluarga Indar merestui pernikahan itu, karena beranggapan, sang
mempelai pria itu adalah seorang Muslim yang taat beragama.
Belakangan, setelah Indar dikaruniai seorang anak, keluarganya baru
tahu kalau suami Indar adalah seorang pendeta. Namun ia tidak mengaku pura-pura
Muslim ketika menikah. Kilahnya, kekristenan itu ia terima setelah pernikahan.
Kini, Indar sudah berganti iman menjadi aktivis gereja, mengikuti jejak
suaminya. Bahkan seorang adiknya berhasil ditarik menjadi seorang
Kristen.
Ketika Indar mempengaruhi Eddy, pamannya, untuk masuk Kristen,
terjadilah percekcokan ringan. Eddy paman adalah mantan aktivis PII (Pelajar
Islam Indonesia).
“Kamu ini, kok bisa-bisanya masuk Kristen dan ngajak-ngajak keluarga
untuk masuk Kristen?” tanya sang paman.
“Ya.. karena sekarang saya tahu kalau Kristen itu jauh lebih baik
dari Islam, paman,” jawab Indra santai.
“Siapa sebenarnya yang mempengaruhimu kok sekarang jadi seperti ini?”
tanya sang paman lagi.
“Saya tidak dipengaruhi siapa-siapa, paman. Tuhan Yesus sendiri yang
memanggil saya. Sekarang saya tahu bahwa Kristen itu kasih dan menyelamatkan,”
terang Indra.
“Apa buktinya kalau Kristen itu menyelamatkan dan lebih baik dari
Islam?” selidik sang paman.
“Saya tidak bisa menjelaskan secara detil, paman. Kalau Paman ingin
tahu jawabannya, nanti saya panggil pendeta saya. Pendeta Samuel Hermawan adalah
ahli islamologi, lulusan pesantren dan STAIN Bandung. Paman bisa bertanya
sepuasnya tentang kekristenan kepada pak pendeta,” jawab Indra. Maka
disepakatilah pertemuan dialog agama di rumah sang paman.
Ahad malam, 15 November 2009, di Bintaro diadakan pertemuan
sederhana. Tapi sang paman tidak mau menghadapi sendiri. Karena penasaran, kok
ada lulusan pesantren dan sarjana Islam yang bisa pindah iman, maka ia
mengundang sanak saudara dan para tetangga. Tidak lupa, ia mengundang Insan
Mokoginta Wenceslaus, ustadz yang mantan Kristen.
Pendeta Samuel Hermawan datang tidak sendirian. Ia itemani beberapa
pendeta, pekerja gereja dan beberapa jemaat setianya. Dengan dandanan yang
klemis dengan baju batik coklat yang dikenakannya, ia tampil sangat percaya
diri. Seluruh materi islamologi yang akan dipresentasikan sudah disiapkan dalam
laptop dan infocus, lengkap dengan seorang wanita operatornya.Dialog dimulai
pukul 8 malam, disaksikan lima puluhan pendengar dari kalangan Islam dan
Kristen.
Setelah memperkenalkan diri, Samuel mulai menerangkan ketuhanan Yesus
berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Puluhan ayat Al-Qur’an ditampilkan di layar
infocus. Insan yang sudah tidak asing dengan makalah itu menyela, “Maaf Pak
Pendeta, paparan yang anda tampilkan itu sebenarnya bukan pemikiran anda. Anda
hanya mengutip brosur Kristen “Rahasia Jalan ke Surga” yang memakai nama
penerbit palsu Dakwah Ukhuwah. Saya sudah menjawabnya dalam buku “Muallaf
Membimbing Pendeta ke Surga” tahun 1999.
Meski tak bisa membantah bahwa presentasi makalahnya sama persis
dengan brosur Dakwah Ukhuwah, Samuel kekeuh menyangkalnya, dan terus melanjutkan
ceramah.
“Yesus alias Nabi Isa adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia.
Al-Qur’an sendiri mengakui bahwa Yesus bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir.
Bahkan Yesus bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Mari kita renungkan.
Selain Tuhan, siapa yang bisa memberi nyawa kepada orang mati. Karena Yesus bisa
menghidupkan orang mati, maka dia adalah Tuhan,” jelasnya.
Insan membantah, “Saya tahu, ayat Al-Qur’an yang anda maksudkan
adalah surat Ali Imran 49 dan Al-Ma’idah 110. Tapi ayat ini jangan dibaca
sepotong saja. Bila dibaca secara utuh, seluruh mukjizat Nabi Isa itu selalu
diiringi dengan kalimat ‘bi-idznillah’ yang artinya dengan seizin Allah. Jadi,
seluruh mukjizat itu bukan karena kehebatan Nabi Isa, tapi karena izin dan
pemberian Allah. Karenanya, yang menyembuhkan dan menghidupkan itu bukan Nabi
Isa, melainkan Allah SWT,” katanya.Samuel tak dapat membantah argumen ini, lalu
beralih ke pembicaraan lain. Ia menyatakan bahwa menurut Injil Lukas, tidak
semua perbuatan Yesus ditulis dalam Injil. Karena tidak ada kitab yang bisa
memuat seluruh ajaran Yesus.
“Tolong Pak Pendeta baca, Injil Lukas yang anda maksud tersebut!”
tanya Insan menimpali. “Wah, saya tidak hafal ayatnya, Pak,” jawabnya
singkat.“Tolong pendeta yang lain atau jemaat membaca Injil Lukas yang
dimaksud,” tanya Insan kepada jemaat Kristen. Karena tak mendapat jawaban apapun
dari pihak Kristen, maka Insan menjawab pertanyaannya sendiri.“Sebetulnya, ayat
yang dimaksudkan Pendeta Samuel itu bukan Injil Lukas, tapi Injil Yohanes 25:21.
Kalau tidak percaya silakan baca ayat tersebut,” Insan mempersilakan. Jemaat pun
membaca ayat yang dimaksud, ternyata betul. Mereka semakin
gusar.
Ternyata Sarjana Islam Gadungan
Ketika ingin membuktikan ketuhanan Yesus sebagai orang yang tahu hari
kiamat, Samuel mengutip terjemahan Al-Qur’an surat Luqman ayat 34: “Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat.”Penasaran
dengan banyaknya kutipan ayat yang hanya dibaca terjemahannya saja, Insan minta
Samuel untuk membaca nas Arabnya.
-
Nyalinya runtuh ketika dites membaca nas Arab Al-Qur'an. Ternyata Pendeta itu bukan lulusan pesantren karena tidak tahu baca-tulis huruf Arab...
“Pak Pendeta, dari tadi anda hanya membaca terjemahan ayat tanpa
membaca nas Arabnya. Anda kan ngaku lulusan pesantren dan sarjana Islam, tolong
baca nas Arabnya!” pintanya.
Tak disangka, permintaan Insan ini meruntuhkan nyali sang pendeta.
Beberapa menit ia hanya memandangi presentasi di layar in focus. Mulutnya
terkatup, sesekali ia memandangi jemaatnya, dan sesekali menundukkan wajahnya
yang mulai memucat.
Jemaat dan para pendeta yang hadir pun nampak gusar, malu dan salah
tingkah di hadapan puluhan hadirin Muslim. Pendeta Samuel Hermawan yang selama
ini mereka elu-elukan sebagai ahli islamologi, lulusan pesantren dan sarjana
Muslim, ternyata tak lebih pintar dari siswa TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an).
Sementara hadirin dari pihak Islam sebagian tertawa, sebagian geleng-geleng dan
sebagian bertepuk tangan. Mereka terheran-heran terhadap Samuel Hermawan yang
ditokohkan dan dihormati di gereja, padahal mereka selama ini dicekoki dengan
kesaksian dusta.
“Pak Samuel ini aneh sekali. Bagaimana bisa jadi pendeta dan mengaku
ahli islamomogi? Padahal anda tidak menguasai Bibel dan tidak paham Al-Qur’an?
Mana mungkin anda bisa memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk
kepentingan kristenisasi, padahal anda tidak mengerti baca-tulis Al-Qur’an?
Tolong anda beragama yang jujur saja, jangan menipu jemaat” kata Insan
menasihati.
Situasi dialog jadi tidak imbang, Insan yang jauh di atas angin,
seperti dosen menceramahi anak SD. Tepat pukul 10 malam acara diakhiri, tuan
rumah mempersilakan seluruh hadirin untuk menikmati makan malam yang sudah
disediakan secara mewah. Terlanjur malu, Pendeta Samuel dan seorang pendeta
lainnya buru-buru pamitan pulang meninggalkan para jemaatnya yang sudah membaur
bersama hadirin lainnya di meja hidangan.
Seorang peserta yang sangat kecewa terhadap Pendeta Samuel
berkomentar, “Katanya lulusan pesantren dan sarjana Islam, gak tahunya seperti
ayam sayur,” kata pria berusia 60 tahun yang datang jauh-jauh dari Depok, Jawa
Barat. Ternyata Pendeta Samuel adalah "Drs" alias durung rampung sekolah, toh.
[taz/voa-islam]
masih banyak lagi artikel artikael menarik lainnya sebagai penambah pengetahuan kita untuk semakin mencintai islam dan keimanan kita.
Kumpulan Artikel Kristologi VOA
Silahkan Download disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar